Quality time atau waktu berkualitas bersama keluarga adalah momen-momen berharga yang kita habiskan bersama orang-orang tercinta. Di tengah kesibukan dan rutinitas sehari-hari, meluangkan waktu untuk keluarga seringkali terlupakan. Padahal, quality time sangat penting untuk membangun ikatan yang kuat dan menciptakan kenangan indah.
Mengapa Quality Time Penting?
Waktu berkualitas bersama keluarga memiliki banyak manfaat. Pertama, ini memperkuat ikatan emosional antara anggota keluarga. Saat kita meluangkan waktu untuk berbicara, bermain, atau melakukan aktivitas bersama, kita tidak hanya membangun komunikasi yang lebih baik tetapi juga memperkuat rasa saling percaya dan kepedulian.
Kedua, quality time membantu anak-anak merasa lebih dihargai dan dicintai. Mereka akan merasa aman dan percaya diri ketika mengetahui bahwa orang tua mereka meluangkan waktu khusus untuk mereka. Ini juga menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan, etika, dan kebiasaan baik.
Ketiga, quality time bisa menjadi sarana untuk mengatasi stres dan tekanan hidup. Saat berkumpul bersama keluarga, kita bisa melepaskan penat dan menikmati momen-momen kebersamaan yang menyenangkan. Hal ini sangat penting untuk kesejahteraan mental dan emosional semua anggota keluarga.
Cara Membangun Quality Time dengan Keluarga
Buat Jadwal Rutin: Tentukan waktu khusus setiap minggu untuk melakukan aktivitas bersama, seperti makan malam, piknik, atau menonton film.
Libatkan Semua Anggota Keluarga: Ajak setiap anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan. Ini bisa meningkatkan rasa kebersamaan dan membuat semua orang merasa dihargai.
Hindari Gangguan: Saat sedang bersama keluarga, usahakan untuk tidak terganggu oleh pekerjaan atau gadget. Fokuskan perhatian penuh pada keluarga.
Ciptakan Tradisi Keluarga: Tradisi seperti makan bersama, jalan-jalan di akhir pekan, atau memasak bersama bisa menjadi momen yang dinanti-nanti dan dikenang sepanjang hidup.
Aktivitas Sederhana Bisa Berarti Besar: Tidak perlu kegiatan yang mahal atau rumit. Bahkan aktivitas sederhana seperti berkebun, bersepeda, atau membaca buku bersama bisa sangat bermakna.
Dengan meluangkan quality time bersama keluarga, kita tidak hanya membangun kenangan indah tetapi juga memperkuat fondasi hubungan yang kokoh dan harmonis. Investasi waktu ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan semua anggota keluarga.
Setelah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, umat muslim akan memasuki bulan Syawal. Ada juga puasa sunnah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad, yaitu puasa 6 (enam) hari di bulan Syawal yang sering disebut dengan puasa Syawal.
Berpuasa di bulan Syawal memiliki keutamaan yang sangat baik, tentunya sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Sebab puasa Syawal memiliki pahala yang sangat besar jika dikerjakan.
Lantas apa saja keutamaan-keutamaan yang terdapat pada puasa sunnah Syawal? Dilansir dari laman NU Online, Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali telah menyebutkan lima keutamaan yang akan didapati jika menjalankan puasa sunnah di bulan Syawal. Diantaranya adalah:
Penyempurna Puasa Ramadhan
Salah satu keutamaan puasa Syawal adalah sebagai penyempurna puasa Ramadhan. Seperti halnya shalat sunnah yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib. Puasa sunnah Syawal dapat menutup kekurangan dan penyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Karena pada hakikatnya tidak semua orang dapat menjalankan ibadah puasa wajib di bulan Ramadhan dengan sempurna. Maka dari itu kita dapat menyempurnakan kekurangan yang ada pada puasa Ramadhan dengan melaksanakan puasa sunnah di bulan Syawal.
Artinya: “Amalan seorang hamba yang di hisab pertama kali di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika ada kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, ‘Periksa lah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah yang dapat menyempurnakan kekurangan ibadah wajibnya?’ Kemudian yang demikian berlaku pada seluruh amal wajibnya.” (HR At-Tirmidzi)
Pahala Seperti Puasa Setahun
Keutamaan puasa sunnah Syawal lainnya adalah mendapat pahala yang berlipat ganda. Puasa Syawal hanya dikerjakan selama 6 hari, namun Allah mengganjarkan pahala bagi orang yang melaksanakannya seperti berpuasa satu tahun lamanya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis sahih yang telah diriwayatkan.
Artinya: “Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh.” (HR Muslim)
Kita sebagai manusia yang pasti memiliki dosa harus bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan pahala dengan sebaik-baiknya. Maka dari itu dengan melaksanakan puasa sunnah di bulan Syawal artinya sama dengan menjalankan puasa setahun penuh sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadist di atas.
Tanda Diterimanya Puasa Ramadhan
Allah akan menganugerahi amalan selanjutnya kepada orang yang telah melakukan amal baik. Jika Allah menerima amalan puasa Ramadhan, maka Dia akan menganugerahi amalan lainnya. Sebagian ulama mengatakan:
ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة وعدم قبولها
Artinya: “Ganjaran perbuatan baik adalah perbuatan baik setelahnya, maka siapa saja yang berbuat kebaikan kemudian mengikutkannya dengan perbuatan baik lainnya maka hal yang demikian adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama, pun halnya orang yang berbuat baik kemudian mengikutkannya dengan perbuatan buruk maka yang demikian adalah tanda ditolaknya kebaikan yang ia kerjakan.”
Bentuk Syukur Kepada Allah
Nikmat apakah yang patut kita syukuri? Yaitu nikmat segala berkah dan ampunan yang telah Allah berikan di bulan Ramadhan. Puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal juga merupakan suatu bentuk syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikannya di bulan Ramadhan.
Ibnu Rajab mengatakan, ”Tidak ada nikmat yang lebih besar dari pengampunan dosa yang Allah anugerahkan.” Bahkan Nabi Muhammad yang telah diampuni dosa dosanya yang lalu dan yang akan datang masih melaksanakan shalat malam. Hal ini dilakukan atas bentuk syukur kepada Allah yang telah memberikan berkah yang melimpah.
Rasulullah bersabda:
أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
Artinya: “Tidakkah aku senang menjadi hamba yang bersyukur?”
Namun ingatlah bahwa bentuk syukur haruslah dilakukan setiap saat, bukan hanya di waktu waktu tertentu apalagi hanya sekali sekali saja.
Ibadah Bulan Ramadhan Tidak Terputus
Setelah kita melalui bulan Ramadhan yang didalamnya terdapat banyak sekali berkah yang telah Allah berikan. Bukan berarti amalan baik yang kita kerjakan sudah berakhir begitu saja. Amalan seseorang yang telah dilakukan selama bulan ramadhan tidaklah berhenti setelah Ramadhan itu berakhir. Amalan Amalan itu masih terus berlangsung selama orang itu masih hidup.
Sebagian orang bergembira setelah bulan Ramadhan berakhir karena mereka merasa berat ketika menjalani ibadah puasa dan merasa bosan dalam menjalaninya. Dengan adanya bulan Syawal, itu merupakan kesempatan bagi umat muslim untuk melestarikan ibadah yang telah dilakukan pada bulan Ramadhan. Sebagian salaf mengatakan:
بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان إن الصالح الذي يتعبد و يجتهد السنة كلها
Artinya: “Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang yang sholih adalah orang yang rajin ibadah dan rajin shalat malam sepanjang tahun”
Tidak terasa dalam beberapa hari kedepan kita akan memasuki bulan Rajab, artinya dalam kurun waktu kurang lebih satu sampai dua bulan kedepan insya Allah kita juga akan menapaki kembali bulan Sya’ban kemudian Ramadhan. Semoga diberi umur panjang hingga kita semua bisa melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 1441 H.
Artikel ini mulai dibuat pada tanggal 23 Jumadil Akhir, 1441 H. Sebagai bentuk menyambut datangnya bulan Rajab, penulis mencoba merangkum mengenai apa saja fadhilah bulan Rajab atau kesitimewaan bulan Rajab dibanding bulan lain, dengan sumber referensi yang berasal dari situs resmi Nahdlatul Ulama (NU) islam.nu.or.id.
Apa itu Bulan Rajab?
Bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang dimuliakan, dalam kitab I‘anatut Thalibin dijelaskan bahwa “Rajab” merupakan derivasi dari kata “tarjib” yang berarti mengagungkan atau memuliakan. Karena banyaknya tetesan kebaikan, bulam Rajab biasa juga disebut “Al-Ashabb” (الأصب) yang berarti “yang mengucur” atau menetes”.
Dalam surah At-Taubah ayat 36, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram.
Yang disebut empat bulan haram adalah bulan mulia di luar Ramadhan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Disebut “bulan haram” (الأشهر الحرم) karena pada bulan-bulan tersebut umat Islam dilarang mengadakan peperangan.
Keistimewaan Bulan Rajab
Peristiwa ajaib isra’ dan mi’raj Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjadikan salah satu keistimewaan bulan Rajab. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tahun 10 kenabian (620 M). Momen perjalanan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu menuju ke sidratul muntaha yang ditempuh hanya semalam.
Dari peristiwa isra’ dan mi’raj tersebut, umat Islam menerima perintah untuk mendirikan shalat lima waktu. Begitu agungnya peristiwa ini hingga peristiwa ini diperingati tiap tahun oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia.
Pada bulan Rajab, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menunjukan kuasa-Nya kepada hamba-Nya. Isra Miraj adalah mukjizat Nabi Muhammad yang sulit di terima akal. Akan tetapi jika itu sudah menjadi kehendak-Nya, maka tak seorang pun dapat mencegahnya. Kun fayakun.
Doa Bulan Rajab
Adapun doa yang bisa kita amalkan saat memasuki bulan Rajab adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.”
Hadits Dhaif Tentang Rajab
Merupakan fenomena menarik yang mungkin menjadi tren musiman dari tahun sebelumnya, yaitu banyaknya orang-orang yang menyebarkan informasi keagamaan secara sukarela dan disebar secara luas melalui sosial media, seperti Facebook, Twitter, Grup WA, dan media lainnya.
Diantara penyebaran informasi tersebut adalah mengenai keutamaan bulan Rajab. Ada banyak hadits disebarkan dengan tujuan untuk memotivasi orang memperbanyak ibadah puasa pada bulan Rajab.
Hadits seputar keutamaan bulan Rajab ini sudah pernah dikaji oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Hasil kajiannya itu ditulis dalam kitab berjudul Tabyinul ‘Ajab bi Ma Warada fi Fadhli Rajab. Dalam kitab itu ia berkata:
“Tidak ada hadits shahih yang bisa dijadikan hujjah terkait keutamaan Rajab, puasa Rajab, atau puasa di hari tertentu di bulan Rajab, serta beribadah pada malam tertentu di bulan Rajab. Sebelumnya sudah ada yang melakukan kajian ini, yaitu Imam Abu Ismail Al-Harawi Al-Hafidz. Meskipun demikian, sesungguhnya para ulama membolehkan mengamalkan hadits tentang fadhilah amal, walaupun kualitasnya lemah, selama tidak maudhu’.”
Namun demikian, bukan berarti tidak ada keutamaan menjalankan ibadah, misalnya puasa, dalam bulan Rajab. Justru puasa menjadi istimewa karena dilakukan pada bulan istimewa. Hanya saja, seberapa besar pahala yang akan didapat, Allahu a’lam. Hanya Allah yang tahu.
Jadi dengan banyaknya beredar hadits dhaif tentang keutamaan Rajab bukan berati memperbanyak amalan pada bulan itu tidak dibolehkan, karena hadits dhaif itu sendiri masih boleh diamalkan dengan syarat tidak berkaitan dengan akidah dan kelemahannya tidak terlalu parah.
Selain itu juga masih ada riwayat lain yang shahih menyebut Nabi pernah mengerjakan puasa di bulan Rajab dan memerintahkan sahabat puasa di bulan yang mulia.
Akhir-akhir ini sebagian wilayah Indonesia sedang mengalami musim hujan dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi. Momentum awal tahun yang disambut dengan guyuran air hujan menjadi fenomena yang tidak terelakkan di tahun 2020.
Seringkali hujan yang datang merupakan hujan yang ditunggu-tunggu, terutama oleh para petani, yang mungkin berbulan-bulan merasa kesulitan air dan mengalami kekeringan. Akan tetapi, tidak sedikit pula orang yang menyambut hujan dengan penuh antisipasi akan datangnya banjir, macet atau bencana alam lain di wilayah-wilayah tertentu.
Sebelum melanjutkan, penulis mewakili segenap tim Pelangi Aqiqah mengucapkan turut berduka cita yang mendalam kepada para korban banjir di Jakarta dan sekitarnya, juga kepada para korban tanah longsor yang terjadi di kawasan Bogor. Semoga amal ibadah para korban yang meninggal diterima disisi Allah SWT dan diberi ketabahan kepada keluarga yang terdampak.
Makna Hujan Dalam Islam
Apabila kita renungi lebih dalam lagi, setiap apa yang diciptakan dan diberikan oleh Allah SWT kepada kita sebagai hamba-Nya sudah pasti tidak akan sia-sia, karena mempunyai makna tersendiri, termasuk hujan. Dilansir dari dalamislam.com, Berikut ini adalah beberapa makna hujan dalam Islam:
Allah Memenuhi Kebutuhan Semua Makhluk-Nya
Hujan maknanya Allah SWT memenuhi kebutuhan semua makhkluk-Nya. Dengan adanya hujan, tumbuh-tumbuhan akan kembali subur karena tidak kekeringan, hewan-hewan bisa mendapat minum yang cukup, dan manusia juga bisa memenuhi kebutuhannya.
Dalam surat al Anbiya’ ayat 30, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut Al Baghowi, tafsir ayat di atas “Kami menghidupkan segala sesuatu menjadi hidup dengan air yang turun dari langit yaitu menghidupkan hewan, tanaman dan pepohonan. Air hujan inilah sebab hidupnya segala sesuatu”.
Menunjukkaan Kebesaran Allah
Sebelum para ilmuwan masa kini mengetahui proses terjadinya hujan berkat kemajuan teknologi yang dimiliki, Allah SWT telah menunjukkan kebesaran ilmu-Nya dengan menjelaskan proses hujan dalam Al-Quran surah An Nur ayat 43:
Artinya: “Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
Allah Menciptakan Dunia Penuh Keseimbangan
Hujan adalah bentuk dari keseimbangan alam yang Allah SWT ciptakan. Karena, kita ketahui bersama bahwa jika tidak ada hujan maka kuantitas air di bumi tidak akan mencukupi untuk mendukung kehidupan di dalamnya.
Selain untuk kehidupan manusia, air hujan juga sangat berperan penting bagi kehidupan tumbuhan dan hewan. Dalam surat Az-Zukhruf ayat 11, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).”
Saat artikel ini dibuat yaitu pada tanggal 17 Shafar 1441 H, artinya kurang dari setengah bulan lagi kita akan memasuki bulan yang menjadi sejarah atas kelahiran seseorang yang sangat luar biasa, yang merupakan kekasih Allah, Nabi pemilik cahaya terang benderang, Nabi pemilik keutamaan, Nabi pemilik kemuliaan, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam sejarah Islam mencatat bahwa pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal merupakan tanggal kelahiran Rasulullah dan diperingati sebagai Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada banyak kitab dan buku yang menjelaskan bagaimana menakjubkan dan mengagumkannya detik-detik menjelang kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam Nabi dan Rasul terakhir Allah.
Berikut ini adalah sejumlah peristiwa menakjubkan menjelang dan sesaat setelah kelahiran Rasulullah yang dilansir PelangiAqiqah.Com dari website resmi Nahdlatul Ulama Islam.nu.or.id.
Aminah, Tidak Pernah Merasakan Letih Ketika Mengandung Rasulullah
Seorang wanita yang sedang mengandung pada umumnya tentu akan merasakan kelelahan, walaupun rasa lelah itu tidak dirasa. Berbeda dengan Ibunda Rasulullah, yaitu Aminah, beliau mengalami hal-hal yang luar biasa dan tidak lazim selama mengandung Rasulullah. Berbeda dengan wanita hamil lainnya, Aminah tidak pernah merasakan rasa letih, payah, dan lesu ketika mengandung Rasulullah.
12 Hari Menjelang Kelahiran Rasulullah
Di dalam kitab An-Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Alam karya Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Haitami Asy-Syafii sebagaimana diuraikan buku Happy Birthday Rasulullah, tidak sedikit kejadian yang mengagumkan dan menarik yang menimpa Aminah selama mengandung, terutama selama 12 hari sebelum kelahiran Rasulullah.
Pada malam tanggal satu Rabi’ul Awwal ibunda Rasulullah, Aminah, mendapatkan kedamaian dan ketentraman dari Allah sehingga ia merasa begitu tenang dan damai.
Malam Kedua: Aminah Menerima Berita dari Allah
Pada malam tanggal dua Rabi’ul Awwal, Aminah menerima seruan berita dari Allah bahwa ia akan segera mendapatkan anugerah yang agung dan mulia.
Malam Ketiga: Aminah Menerima Pesan dari Allah
Sama seperti malam kedua, lagi-lagi Aminah menerima pesan dari Allah (hatif) bahwa ia dalam waktu dekat akan melahirkan Nabi paling agung dan paling mulia, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Malam Keempat: Mendengar Dzikir Malaikat
Pada malam keempat Rabi’ul Awwal, Aminah mendengar dengan jelas suara dzikir malaikat hingga ke telinga Aminah.
Malam Kelima: Mimpi Bertemu Nabi Ibrahim
Memasuki malam kelima Rabi’ul Awwal, Aminah mimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim. “Bahagialah engaku, wahai Aminah dengan lahirnya Nabi yang agung ini, Nabi pemilik cahaya yang terang benderang, Nabi pemilik keutamaan, Nabi pemilik kemuliaan, dan Nabi pemilik segala bentuk pujian.” kata Nabi Ibrahim kepada Aminah.
Malam Keenam: Aminah Melihat Cahaya
Pada malam keenam, Aminah melihat cahaya memenuhi sudut-sudut alam semesta hingga tak ada kegelapan padanya. Ini adalah untuk menyambut kedatangan Rasulullah.
Malam Ketujuh: Malaikat Mendatangi Rumah Aminah
Pada malam ketujuh Rabi’ul Awwal, Aminah melihat malaikat ramai-ramai mendatangi rumahnya. Mereka menyampaikan kabar gembira bahwa waktu kelahiran Rasulullah semakin dekat.
Malam Kedelapan: Berita Kelahiran Rasulullah Semakin Dekat
Pada malam kedelapan Rabi’ul Awwal, Aminah mendengar berita (hatif) yang menyerukan kepada penghuni alam semesta untuk berbagi karena kelahiran Rasulullah semakin dekat.
Malam Kesembilan: Aminah Begitu Tenang dan Damai
Pada malam kesembilan yang berarti 3 hari menjelang kelahiran Rasulullah, Aminah begitu tenang dan damai. Tidak ada rasa susah dan sedih sedikit pun padanya lantaran Allah telah menganugerahi Aminah kasih sayang yang begitu berlimpah.
Malam Kesepuluh: Tanah Mina dan Khaif Bergembira
Semakin dekat dengan kelahiran kekasih Allah, pada malam kesepuluh Rabi’ul Awwal, Aminah melihat kalau tanah Mina dan Khaif bergembira menyambut kelahiran Rasulullah.
Malam Kesebelas: Aminah Melihat Penghuni Langit Bergembira
Pada malam kesebelas Rabi’ul Awwal, atau sehari menjelang kelahiran Rasulullah, Aminah melihat penghuni langit begitu senang menyambut detik-detik kelahiran Rasulullah.
Malam Kedua Belas
Pada malam kedua belas, Aminah yang sedang berada di rumah melihat langit begitu cerah, tidak ada mendung sama sekali. Mulanya Aminah menangis karena pada malam tersebut ia sendirian di rumah. Abdul Muthalib, kakek Rasulullah, sedang bermunajat di Ka’bah.
Kemudian Allah mengutus empat wanita utama untuk menemani Aminah selama proses kelahiran Rasulullah. Mereka adalah Hawa istri Nabi Adam, Sarah istri Nabi Ibrahim, Asiyah binti Muzahim, dan Maryam binti Imran ibunda Nabi Isa.
Sesaat Setelah Kelahiran Rasulullah
Sesaat setelah kelahiran Rasulullah, tidak sedikit peristiwa yang tak lazim juga terjadi. Diantaranya seperti, Arsy bergetas hebat. Seluruh langit dipenuhi cahaya. Istana Kisra berguncang sangat dahsyat sehinnga menyebabkan 14 balkonnya rubuh. Api abadi yang disembah umat Majusi juga padam, dan masih banyak lagi peristiwa lainnya.
Itulah sejumlah peristiwa yang mengagumkan menjelang kelahiran Rasulullah yang diperingati sebagai Maulid Nabi. Di Indonesia biasanya memperingati Maulid Nabi dengan membaca shalawat dan syair-syair cinta Rasul, serta lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Saat artikel ini diterbitkan (24 Dzul-Qa’dah 1440H) artinya hanya tinggal beberapa hari kedepan lagi Insha Allah kita akan memasuki bulan Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia banyak yang megistilahkannya sebagai bulan haji.
Sebagai umat Islam tentu kita menyambutnya dengan rasa gembira, karena pada bulan tersebut ada banyak keutamaan yang tidak akan kita jumpai di bulan-bulan lainnya. Di antaranya adalah, ibadah shalat, puasa, sedekah (qurban) dan haji. Ibadah haji ini tidak bisa didapatkan di bulan lain.
Keutamaan 10 Hari Awal Dzulhijjah
Pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah menjadi momen hari penting yang digunakan Allah untuk bersumpah dalam Surat Al-Fajr:
وَالْفَجْرِ (1 وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2
“Demi waktu subuh (1) Dan sepuluh malam (2).”
Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf serta ulama kontemporer lain menanggapi bahwa sepuluh malam yang dimaksud dalam Surat Al-Fajr ayat 2 adalah sepuluh malam pertama pada bulan Dzulhijjah.
Pendapat tersebut diperkuat dengan hadits yang dikutip Ibnu Katsir dari Shahih Bukhari:
عن ابن عباس مرفوعا: “ما من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام” -يعني عشر ذي الحجة -قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: “ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجلا خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء” (2
“Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu’. Tidak ada hari-hari di mana amal sholih lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzul Hijjah. Kemudian para sahabat bertanya, ‘Dan bukan pula jihad, ya Rasulallah?’ Rasul lalu menjawab, ‘Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apa-apa,’” (HR Bukhari 969).
Berdasarkan hadist di atas, sudah cukup jelas bahwa ibadah apapun bentuknya pada sepuluh hari tersebut sangat dianjurkan, termasuk shalat, puasa dan lain sebagainya. Kecuali pada saat hari raya Idul Adha, dengan demikian puasa terhitung sebanyak sembilan hari.
Puasa Dzulhijjah (1-7 Dzulhijjah)
Pada bulan Dzulhijjah umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan puasa sunnah Dzulhijjah, menunaikan ibadah haji dan menyembelih hewan qurban.
Puasa Dzulhijjah dilakukan mulai tanggal 1 Dzulhijjah sampai tanggal 7 Dzulhijjah. Pada ketujuh hari tersebut dianjurkan untuk berpuasa. Adapun bacaan niat puasa Dzulhijjah sebagai berikut:
Artinya, “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala.”
Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
Puasa Tarwiyah merupakan puasa sunnah yang dilakukan pada bulan Dzulhijjah, yaitu pada dua hari sebelum hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah.
Kesunnahah puasa ini, teragkum dalam hadits di atas yang mengatakan bahwa sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang istimewa.
Pada hadis lain, disebutkan keutamaan puasa tarwiyah bahwa dapat menghapuskan dosa satu tahun. Akan tetapi, ternyata dikatakan bahwa hadis tersebut merupakan hadis dlaoif (kurang kuat riwayatnya).
Para ulama menyikapi ini bahwa tetap boleh mengamalkan puasa tarwiyah dengan hadis yang lain tadi. Sedangkan menyikapi hadis dlaif, selama tidak berkaitan dengan aqidah dan hukum maka boleh melakukan sebagai fadhail amal.
Bacaan Niat Puasa Tarwiyah
نويت صوم التروية سنة لله تعالى
Nawaitu shauma al tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala
Artinya, “Saya niat berpuasa sunnah tarwiyah karena Allah ta’ala.”
Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)
Puasa Arafah merupakan salah satu puasa sunnah yang sangat dianjurkan, jika kita tidak mampu berpuasa dari tanggal 1 hingga 8 Dzulhijjah, maka cukup kita melaksanakan puasa Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar. Oleh karenanya para ulama memasukkan puasa Arafah ini ke dalam puasa sunnah yang sangat dianjurkan (muakkad). Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Muslim:
صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية
Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT.”
Kesimpulan
Dengan uraian di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa puasa sembilan hari pertama di bulan Dzulhijjah merupakan sunnah berdasar atas keumuman hadits Rasulullah tentang keutamaan hari-hari tersebut untuk menjalankan ibadah sunah apapun bentuknya.
Puasa tanggal sembilan Dzulhijjah atau puasa Arafah adalah kesunnahan yang lebih spesifik lagi karena dapat menghapus dosa dua tahun lalu dan yang akan datang. Wallahu a‘lam.
Bulan Ramadhan merupakan ladang bagi umat muslim untuk bisa mendapatkan pahala berkali-kali lipat. Banyak sekali amalan yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan ini. Bahkan, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan terdapat malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan, yakni lailatul qadar.
Jika Anda sebagai orang tua ingin mengaqiqahkan anaknya di bulan Ramadhan, sangat direkomendasikan, karena bisa mendapat pahala berkali-kali lipat. Adapun Hukum Aqiqah di Bulan Ramadhan itu diperbolehkan.
Anda bisa menggunakan jasa aqiqah dari Pelangi Aqiqah, praktis dan tidak akan membuat Anda repot. Klik Daftar Harga untuk melihat paket yang tersedia, atau bisa langsung bertanya ke CS kami melalui nomor WhatsApp 0813-9000-0606 (Asiah).
Lanjut ke materi pembahasan, pada masa menstruasi atau haid yang menyebabkan tidak diperbolehkan mengamalkan amalan tertentu ketika haid. Dalam kitab fiqih Taqrib karangan Imam Abu Syuja’ disebutkan bahwa ada delapan amalan dan ibadah yang tidak boleh dilakukan ketika sedang haid.
Kitab tersebut menjelaskan amalan yang tidak diperbolehkan untuk wanita yang sedang haid diantaranya adalah shalat, puasa, menyentuh dan membawa mushaf.
Sebagai wanita tidak perlu bersedih, haid merupakan anugerah dari Allah untuk kaum wanita. Masih ada amalan-amalan lainnya di bulan Ramadhan yang bisa dilakukan ketika sedang haid. Berikut ini adalah 10 Amalan yang Dianjurkan Bagi Wanita Haid di Bulan Ramadhan :
Memberi Makan Orang yang Berbuka Puasa
Menyiapkan dan memberi makan orang yang berbuka puasa merupakan salah satu peluang amal yang bisa dilakukan ketika wanita sedang haid. Bahkan dalam hadist Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan bahwa, memberi makan bagi orang yang berbuka puasa, pahalanya sama dengan orang yang berpuasa tersebut.
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Subhanallah, sungguh luar biasa pahala orang yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa. Sebagai info saja, bahwa Pelangi Aqiqah sedang membuka program Untuk Berbagi Kemudahan dalam Berbagi Berkah Selama Bulan Ramadhan, hanya dengan bersedekah 25.000/box Anda sudah berpartisipasi dalam program tersebut. Info selengkapnya silakan hubungi CS kami di nomor 0813-9000-0606 (Asiah).
Memperbanyak Istighfar Kepada Allah
Sebagai seorang manusia biasa tentu kita tidak akan pernah luput dari yang namanya kesalahan atau perbuatan dosa, baik itu secara sadar maupun tanpa kita sadari. Oleh karena itu, dianjurkan untuk selalu memohon ampunan dengan perbanyak membaca istighfar kepada Allah.
Salah satu bacaan istighfar adalah sebagai berikut :
Aku minta ampun kepada Allah Yang Maha Agung, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Yang Hidup dan terus-menerus mengurus makhlukNya, dan aku bertaubat kepada-Nya. (HR. Abu Dawud 2/85, At-Tirmidzi 5/569, Al-Hakim)
Dalam salah satu riwayat hadist disebutkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beristighfar lebih dari 70 kali dalam sehari :
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).
Membaca istighfar untuk memohon ampunan kepada Allah boleh di amalkan untuk wanita haid.
Memperbanyak Dzikir
Dzikir artinya mengingat Allah, salah satu amalan yang bisa dilakukan ketika sedang haid. Selain itu, dzikir juga memang dianjurkan untuk siapapun dan kapanpun. Ada banyak keutamaan berdzikir, salah satunya adalah kita akan diingat oleh Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152).
Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.
Berdoa Dengan Maksimal
Doa merupakan senjata orang mukmin. Hakikat berdoa adalah kita selalu bergantung kepada Allah, sehingga doa merupakan kebutuhan kita sebagai orang mukmin. Bulan Ramadhan penuh dengan keistimewaan yang menawarkan banyak sekali pahala dan ampunan.
Sehingga berdoa di bulan Ramadhan merupakan peluang yang sangat bagus bagi orang mukmin untuk berdoa, termasuk wanita haid.
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.)
Mendengar Bacaan Al-Qur’an
Ada perbedaan pendapat ulama mengenai hukum membaca Al-Qur’an ketika sedang haid. Namun, tidak ada larangan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an saat haid. Kita akan mendapat rahmat Allah ketika mendengarkan bacaan Al-Qur’an.
“Dan apabila dibacakan Alquran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Al-A’raf Ayat 204)
Membaca atau Mengamalkan Asmaul Husna
Amalan berikutnya adalah mengamalkan Asmaul Husna, bagi wanita yang haid dipebolehkan untuk membaca dan mengamalkan Asmaul Husna. Selain menambah pahala, mengamalkannya juga bisa mendatangkan banyak manfaat, salah satunya adalah membuka pintu rezeki.
Dalam asmaul husna ada beberapa nama yang menunjukkan bahwa Allah maha kaya, dan jika dibaca secara rutin niscaya pintu rezeki kita akan terbuka yaitu al-mughni, al ghaniyyu, dan lainnya.
Memperbanyak Sholawat Nabi
Dikutip dari situs www.nu.or.id shalawat nabi secara harfiah berarti doa kita agar Allah menambahkan belas kasih dan keagungan kepada-Nya. Shalawat dan salam adalah permohonan rahmat Allah yang datang silih berganti untuk Nabi Muhammad SAW. Shalawat dan salam harus diniatkan sebagai salah satu bentuk tawasul kita kepada Allah dalam meluluskan hajat kita.
Jika kita bersholawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Allah akan mengahpuskan 10 kesalahan dari kita dan ditinggikan 10 derajat. Sesuai dengan hadist yang berbunyi :
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah bersholawat kepadanya 10 kali shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan, dan ditinggikan baginya 10 derajat.” (HR. an-Nasa’i).
Bahkan dengan kita memperbanyak sholawat, maka pada hari kiamat akan mendapat syafaat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. at-Tabrani).
Memperbanyak Bersedekah
Allah mencintai orang dermawan dan menjanjikan bahwa sedekah tidak akan membuat miskin, malah justru semakin kaya. Sedekah dianjurkan di setiap waktu selagi kita mempunyai kelapangan baik tenaga, pikiran, maupun harta.
Namun, sedekah yang paling utama adalah di Bulan Ramadhan, sesuai dengan hadist berikut ini :
Artinya, “Dari Anas RA, sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadhan,’” (HR At-Tirmidzi).
Kita ketahui bahwa Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik, beliau adalah orang yang paling murah hati. Namun di bulan Ramadhan, kemurahan hati Rasulullah SAW tampak lebih-lebih daripada di bulan lainya.
Artinya, “Rasulullah SAW adalah orang paling murah hati. Ia semakin murah hati di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari dan Muslim).
Mencari Ilmu
Sebagai orang yang beriman, mencari ilmu hukumnya adalah wajib. Ilmu merupakan kunci dari segala kebaikan, orang yang berilmu pasti rendah hati. Diantara banyaknya keutamaan mencari ilmu, yaitu Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Tidak ada ilmu tanpa amalan dan tidak ada amalan tanpa ilmu.
Membangunkan Orang Sahur
Jika sebelumnya sudah disebutkan bahwa menyiapkan dan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa merupakan amalan yang besar pahalanya. Maka, membangunkan orang sahur juga termasuk amalan yang bisa dilakukan ketika sedang haid.
Hal itu dikarenakan, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, bahkan walau seberat dzarrah pun kita akan mendapatkan balasan atas kebaikan tersebut.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).
Itulah 10 Amalan yang Dianjurkan Bagi Wanita Haid di Bulan Ramadhan, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk membagikan artikel ini kepada keluarga, sahabat dan teman Anda. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, kebaikan sekecil apapun akan mendapat balasan atas kebaikan yang dilakukan.
Setiap amalan yang kita lakukan pasti ada hikmah maupun pelajaran yang bisa kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang kita masih belum mengetahui sebenarnya apa tujuan atau manfaat dari setiap amalan yang dilakukan.
Sebelum memasuki inti pembahasan, kita harus ketahui terlebih dahulu mengenai definisi dari apa itu hikmah? Dikutip dari hidayatullah.com, asalnya kata hikmah memiliki beberapa arti (lafazh musytarak). Diantaranya, dalam Lisan al-Arab, Ibn Manzhur menyebutkan hikmah itu al-qadha yang artinya memutuskan. Hikmah adalah kemampuan akal memahami hukum-hukum syari’ah dan meletakkan sesuatu tempat yang semestinya.
Hikmah: Pemahaman
Hikmah juga bermakna sebagai pemahaman Hal tersebut seperti yang ditunjukkan dalam ayat:
Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
(QS. Maryam [19]: 12)
Pada ayat tersebut, Ibn Katsir menerangkan bahwa Kami memberikan kepada Yahya pemahaman, ilmu kesungguhan memenuhi panggilan kebaikan dan konsisten atasnya (Tafsir al-Qur’an al-Azhim).
Hikmah: Pengetahuan
Makna dari hikmah berikutnya yaitu pengetahuan, seperti yang disebutkan dalam ayat:
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmat dan kenabian Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.
(QS. Al-An’am [6]: 89)
Prof. Wahbah az-Zuhaili mengatakan, al-hukma dalam ayat tersebut berarti ilmu yang bermanfaat dan pemahaman terhadap agama. (Tafsir al-Munir).
Hikmah: Nasihat
Hikmah juga bisa bermaksud sebagai nasihat, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah berikut:
Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu Al-Kitab dan Al-Hikmah. Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu.
(QS. Al-Baqarah [2]: 231)
Hikmah dalam ayat tersebut bermakna nasihat, seperti dikatakan ar-Razi mengutip pendapat al-Muqatil. (Tafsir Mafatih al-Ghaib).
Pengertian Aqiqah
Setelah diuraikan sebelumnya mengenai pengertian atau definisi dari hikmah, maka pada bagian ini akan diuraikan juga secara singkat tentang pengertian aqiqah.
Secara bahasa, aqiqah artinya memotong (al-qat’u). Makna dari memotong tersebut adalah memotong hewan aqiqah, seperti kambing atau domba. Tidak diperkenankan aqiqah menggunakan hewan seperti kelinci, ayam, burung.
Sedangkan, menurut bahasa aqiqah adalah suatu ibadah yang ditujukkan kepada Allah sebagai bentuk rasa bersyukur atas nikmat dan karunia kelahiran bayi.
Untuk aqiqah anak laki-laki menggunakan dua ekor kambing/domba dan aqiqah anak perempuan menggunakan satu ekor kambing/domba. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan aqiqah yaitu pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi.
“Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, disembelih di hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur kepalanya.“
(HR. Nasa’i 4149, Abu Daud 2837, Tirmidzi 1522, dan dishahihkan Al-Albani)
Hikmah Aqiqah
Masuk kedalam inti pembahasan, apa hikmah yang kita dapatkan dalam melaksanakan aqiqah? Hikmah aqiqah pada anak merupakan sebagai wujud taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah sekaligus bentuk rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah atas kelahiran sang buah hati.
Aqiqah juga sebagai wadah berbagi rasa kegembiraan dalam menjalankan syari’at Islam dengan bertambahnya keturunan orang Islam yang akan memperbanyak umat Rasulullah Shallalalhu ‘Alaihi Wasallam.
Selain itu, dalam aqiqah kita juga membagikan daging dari hewan aqiqah yang telah disembelih dengan ketentuan sudah diolah terlebih dahulu (matang). Masakan yang sudah matang tersebut bisa kita bagikan kepada tetangga, teman, sahabat, dengan demikian bisa memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat Muslim.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari ibadah aqiqah untuk anak-anak Muslim. Aamiin.